Monday, October 11, 2010

virginity

Selasa, 5 Oktober 2010, 12.00 am

Malem ini aku masih terjaga untuk baca-baca jurnal. Beberapa waktu yang lalu aku denger dari acara TV di belakang aku yang membahas tentang keperawanan. An useful program.

Menurut aku pribadi, isu tentang keperawanan itu penting banget. Yeah, you know, nowadays eastern people act like they’re western, right? Salah satunya tentang menjaga keperawanan dan keperjakaan kita.

Di acara TV tadi aku denger tentang hasil penelitian yang menunjukkan kalo sebagian besar laki-laki di Indonesia masih mengharapkan bisa punya istri yang perawan. Well, that is very human, isn’t it? Tapi kayanya kita harus kembali ke pertanyaan mendasar. Apa mereka yang menginginkan istri yang perawan itu juga masih perjaka?

We all knew that there’s no conventional way to figure out men’s virginity. That’s an advantage for them. Well, that’s not the point I’m talking about. It’s about how we value ourselves with our virginity.

Okay, let’s make it straight. Keperawanan yang aku maksud di sini bukan dari judgement tentang apakah kita, para wanita, masih punya selaput dara atau engga. Bahkan katanya ada lho cewe yang emang terlahir tanpa selaput dara. Ada banyak cara kita bisa kehilangan selaput dara, misalnya waktu kita main karate, naik sepeda di jalan berbatu (it was really happened to my bestfriend), jatuh dengan posisi ngadengkang dsb., dan terakhir dengan berhubungan seksual.

Menurut aku, mau masuk ke zaman semodern apapun kita, virginity is our great value. Itu adalah suatu hal yang harus kita jaga, sampe tiba saatnya kita bisa melepas itu secara halal. Adanya opini kalo masih perawan itu ga gaul lah atau segala macem, menurut aku itu semua sangat non sense. What a crazy rule! And I have no idea who the hell was created such a rule.

Buat aku, pentingnya menjaga keperawanan dan keperjakaan kita adalah saat kita menikah nanti, ada sesuatu yang memang cuma bakal kita bagi sama pasangan kita. Dan itulah yang bakal membuat pernikahan itu spesial. Menurut aku, even di era globalisasi ini, pernikahan itu masih sesuatu yang sakral.

It’s worth a lot to keep your virginity till the right time. Like the philosophy, “save the best for the last”. Rasanya sayang aja, kalo kita, terutama para wanita, mau dibodoh-bodohi oleh orang bodoh to have sex with them before married. I think that’s nothing wrong with holding our sexual desire till the appropriate time and absolutely with an appropriate guy. It’s worth waiting, isn’t it? Yeah, for the sake of yourselves, girls! J

No comments:

Post a Comment