Friday, August 19, 2011

Aku, Jodohku, dan Pernikahan.

Belakangan ini aku mulai menyadari satu hal. Aku bukan lagi remaja. 21 tahun. Lajang. Dan pengangguran friksional. Ya, tanpa terasa, waktu memang berjalan begitu cepat. The funny thing is, sekarang bukan pertanyaan "mau ke kampus jam berapa?" lagi yang sering ditanyakan. Melainkan "kapan kawin?"

Ah, aku bahkan merasa masih terlalu kecil untuk memikirkannya. Walaupun sebenarnya tidak. Ya, bahkan saat memasuki usia 17 tahun pun aku sudah berubah menjadi seorang yang "siap dibuahi". Well, okay, bahasa "siap dibuahi" mungkin kurang enak didengar. :))

Aku ingat perkataan salah seorang dosenku pada mahasiswanya, "Kalian itu udah siap bikin anak, tapi kalian belum siap untuk punya anak". So true, i think
Poin yang ingin aku bahas bukan itu. I almost couldn't believe that I start thinking about marriage.

Percaya atau tidak, sekarang-sekarang ini, tiap kali aku melihat anak kecil (yang lucu), pikiran "I really wanna have one" selalu melintas di benakku. Aku selalu ingin punya anak. Yeah, a child on my own. Kemudian aku sadar bahwa, yah, aku memang sudah mulai menginjak usia dewasa. Aku bukan lagi gadis kecil yang ingin punya anak boneka susan. I want the real one.

Aku mulai sering membayangkan kapan aku akan bertemu jodohku, di mana, dan bagaimana. Aku sering berpikir, apa yang akan membuatku memutuskan untuk menikah dengannya? Bagaimana dia melamarku? Kenapa akhirnya dia ingin menikahiku? Kenapa aku memilihnya, memilihnya untuk menjadi partner seumur hidupku? Dan terakhir, aku terus bertanya-tanya, siapa dia? Apa dia sudah lama menungguku? Apa sebelumnya kami saling mengenal, atau pernah bertemu mungkin?

Membayangkannya saja membuatku tersenyum. :)
Aku memikirkan tentang, bagaimana kehidupan kami nanti? Bagaimana jika aku dan dia harus bekerja di kota yang berbeda, atau bahkan pulau yang berbeda? Bagaimana jika aku baru memperoleh beasiswa S2 ke luar negeri setelah aku menikah dengannya? Bagaimana rasanya jika kami harus terpaut sejauh itu, terpaut samudera? Ah, kadang aku berpikir bahwa, mungkin aku terlalu banyak berpikir.

Aku selalu ingin, pacar pertamaku nanti adalah pacar terakhirku. Yang juga suami pertama dan terakhirku. :">
Aku bukan terlalu pemilih, tapi kadang aku hanya terlalu takut untuk sakit hati. Bahkan aku rasa aku lupa bagaimana caranya jatuh cinta. Bagaimana rasanya jatuh cinta. Bagaimana rasanya dicintai dan diharap-harapkan. Konyol memang, tapi aku rasa aku memang sudah terlalu lama mengesampingkan hal itu.

Hmm, okay, aku memang mulai gundah dengan statusku saat ini. Maksudku, aku 21 tahun. Dan aku selalu bercita-cita untuk memiliki anak di usia 25 tahun. :|

Sebentar lagi aku akan bekerja. Bertemu dengan banyak orang baru dengan berbagai usia. Tidak menutup kemungkinan bukan, bahwa nanti aku bekerja dengan orang-orang yang sudah berkeluarga? Lalu di mana aku akan bertemu jodohku? Dimana, Tuhan?

Terus terang, aku mulai takut. Karna orang-orang terus mencekoki-ku dengan "Mending cepetan cari pacar sekarang, nanti kalo udah kerja susah cari pacarnya". Ergh!

Hmm, mungkin memang sudah saatnya aku punya pasangan. Tapi aku terlalu pemalu untuk memulai. Ahh...

1 comment: