Aku ingat suatu peristiwa ketika aku sedang dalam perjalanan menuju kampus.
Ketika aku sedang mengeluh dalam hati tentang semua cobaan yang aku alami, yang aku rasa sangat-sangat berat, Allah mengingatkanku betapa hidupku masih sangat sempurna.
Siang itu, ada sepasang suami istri dan seorang anaknya. Mereka menaiki angkutan umum yang sama denganku.
Yang menarik perhatianku saat itu adalah anak itu. Anak kecil itu duduk di pangkuan ibunya. Anak itu masih sangat kecil. Wajahnya sungguh tanpa dosa. Ia memperhatikan orang-orang yang ada di depannya, namun beberapa saat kemudian, ia mengarahkan bola matanya ke atas. Hal itu terjadi berulang kali.
Ketika anak itu mulai mengulang-ulang gerakan matanya, aku menyadari satu hal. Ia cacat. Ya, anak kecil dengan wajah tak berdosa itu harus menerima keadaan fisiknya yang tidak sempurna, yang aku rasa diwarisinya dari sang ayah.
Aku diam-diam memperhatikan keluarga itu. San ibu memiliki kondisi fisik yang normal. Tapi sang ayah mengalami sedikit kelainan pada kedua matanya. Bola matanya terus mengarah ke atas. Dan malangnya, anak kecil itu mewarisi sifat genetis dari sang ayah.
Saat itu aku langsung tersadar dengan ke-tidak-tahu-diri-an-ku. Seharusnya aku lebih bersyukur pada Allah atas semua yang kesempurnaan dan keutuhan yang diberikan-Nya padaku. Aku masih lebih beruntung dibandingkan ayah dan anak tadi. Aku terlalu banyak mengeluh. Aku terlalu sering mengeluh akan segala hal. Seharusnya aku mensyukuri hal-hal kecil yang Allah berikan padaku. Ampuni aku Ya Rab..
No comments:
Post a Comment