Saturday, April 30, 2011

Aku jahat.

Sekitar pertengahan menuju akhir tahun, saat itu, 2006, aku melakukan kesalahan, yang sampai sekarang aku anggap sebagai kesalahan terbesar dalam hidupku. Bukan hanya dalam masa remajaku, tapi dalam hidupku. I really mean my  whole life.

Karena, bahkan sampai saat ini, hari ini, detik ini, 2011, aku masih terus dihantui rasa bersalah itu. Aku memang tidak mengingatnya setiap hari. Aku berusaha mati-matian melupakannya. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak pernah bisa. Don't ask me why. I just can't. 

Pernahkah kalian merasakan hal seperti ini? Seperti yang aku rasakan. Menangis dalam hati. Membisu saat ingatan-ingatan itu bermunculan kembali. Dan berjuang menghapusnya kembali. Aku tidak pernah berhasil. Aku selalu gagal melakukannya. Rasa bersalah itu jauh lebih besar dibandingkan usahaku melupakannya. Dan keduanya tak akan pernah menjadi sepadan. Aku tau, penyesalan ini akan terus menghantuiku sampai, entah kapan, akhir hayatku?

Salahku. Itu memang salahku. Dan bahkan aku tak berdaya untuk mengucapkan kata maaf padanya. Ya, padanya. Pada dia yang kusakiti diam-diam. Dia yang bahkan mungkin sampai sekarang tidak tau kenyataan yang kusembunyikan. Kenyataan yang pasti akan membuatnya sangat membenciku. Membenciku lebih dari apapun. Aku tidak sanggup membuatnya bersedih, membuatnya marah, membuatnya kehilangan segalanya, setelah apa yang dia miliki saat ini. Aku hanya tidak ingin kebahagiannya hilang. Aku tidak ingin senyum di wajahnya sirna begitu mendengar pengakuanku. Pengakuan dosa yang pasti akan membuatnya sangat kecewa. Kecewa padaku. Sahabatnya sendiri. :'(

Namun, apakah sebenarnya aku hanya takut dibenci? Apakah sebenarnya aku bukan takut melihatnya bersedih, tapi aku hanya takut dibenci? Ya, dibenci dan tidak pernah dimaafkan. Aku takut. 

Aku menyimpan rahasia ini rapat-rapat. Aku menutup semua pintu masuknya. Aku memblokir semua celah yang ada. Aku menghalangi telinga-telinga lain untuk mendengarnya. Aku hanya membaginya pada satu orang. Sahabatku. Ya, sahabat terbaikku. Intan Mashayu. Aku menangis di pelukannya. Rasa bersalah ini terlalu besar, Tuhan.. Sungguh terlalu besar. 

"Maaf"
Hanya satu kata itu yang harus kuucapkan. Tapi kerongkonganku selalu tersumbat setiap aku ingin mengucapkannya. Ingin mengungkap kebenaran lima tahun yang lalu. 
Ya, lima tahun. Lima tahun lamanya aku menyimpan ini semua. Jauh di dasar hatiku. Terlalu jauh. 

Aku terus ingin kembali ke masa lalu. Entahlah, aku tidak pernah merasa se-menyesal ini. Se-terpuruk ini. Se-sedih ini. Aku adalah tipe orang yang tidak suka menyesali masa lalu yang kelam. Aku selalu menganggap setiap kesalahanku di masa lalu adalah sebuah pelajaran. Sesuatu yang pastinya akan membuatku menjadi seseorang yang lebih baik lagi nantinya. 

Tapi tidak untuk yang satu ini. Aku benar-benar tidak bisa menganggapnya hanya "sebuah pelajaran". Aku benar-benar ingin kembali ke masa lalu. Kembali ke masa lima tahun yang lalu. Dan memperbaiki semuanya. Itu saja. Aku hanya ingin menghapus episode itu dalam hidupku. Menghapusnya selamanya. SELAMANYA. Aku hanya ingin, saat ini, hari ini, detik ini, 2011, aku memandang dia yang menyelami danau kebahagiaan dengan senyum di wajahku. Aku hanya ingin sebuah senyuman. Senyum paling tulus yang bisa aku berikan karna dia benar-benar bahagia. Bukan penyesalan tiada akhir yang membuatku meneteskan air mata. 

Tolong aku. Aku terlalu jahat. Aku terlalu takut. Aku terlalu pengecut. Aku terlalu lemah. Aku terlalu buruk. Aku terlalu tidak sanggup mengungkap kebenaran itu. Kebenaran yang merupakan hak nya. Kebenaran yang harus ia ketahui. Ya, kebenaran yang kusimpan erat-erat selama lima tahun ini. 

Aku jahat. :'(